(7.2) Akidah Akhlak : Sumber Akhlak dan Implementasinya
1. Akhlak al-Karimah (Perilaku Mulia)
Pengertian: Akhlak al-karimah adalah perilaku mulia yang terbentuk dari kebiasaan jiwa yang baik, sehingga perilaku tersebut dilakukan tanpa pertimbangan panjang dan menjadi bagian dari diri seseorang. Akhlak menurut Ibn Miskawaih dan Al-Ghazali adalah kondisi jiwa yang telah terlatih sehingga menggerakkan seseorang untuk berbuat baik secara spontan. Akhlak juga memerlukan kesadaran (iradah) dan kebiasaan sehingga dapat dilakukan tanpa pertimbangan untung-rugi.
Dasar Dalil: Rasulullah SAW bersabda, “Sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan akhlak yang baik.” (HR. Ahmad). Ini menunjukkan bahwa salah satu tujuan utama diutusnya Nabi adalah untuk menyempurnakan akhlak manusia. Dalam QS. Al-Ahzab [33]: 21, disebutkan bahwa Rasulullah adalah teladan yang sempurna dalam hal akhlak.
Ciri-ciri Akhlak al-Karimah: Akhlak al-karimah bisa dilihat dari hubungan individu dengan berbagai pihak:
Akhlak terhadap diri sendiri: Menjaga diri dari perbuatan yang merusak, memenuhi hak-hak diri, dan menghindari dosa.
Akhlak terhadap Allah: Menghambakan diri kepada Allah dengan menjalankan ibadah dan menjaga ketakwaan.
Akhlak terhadap sesama manusia: Menjalin hubungan baik dengan sesama, menghormati, tolong-menolong, dan menjaga perasaan orang lain.
Akhlak terhadap makhluk lain: Berperilaku baik terhadap makhluk lain, seperti hewan, tumbuhan, alam, dan bahkan makhluk tak terlihat seperti malaikat dan jin.
Hikmah: Memahami akhlak al-karimah membantu seseorang membangun hubungan yang harmonis dengan dirinya, Allah, sesama manusia, dan alam. Hal ini menjadi dasar bagi terciptanya masyarakat yang damai dan saling menghargai.
2. Quwwah al-Ilmi (Potensi Intelektual atau Berpikir)
Pengertian: Quwwah al-Ilmi adalah kekuatan berpikir atau kecerdasan yang dimiliki manusia untuk membedakan antara yang benar dan salah, baik dan buruk. Kekuatan ini berasal dari akal yang dianugerahkan oleh Allah kepada manusia, sehingga manusia mampu memahami segala sesuatu sesuai dengan syariat Allah. Buah dari Quwwah al-Ilmi adalah hikmah (kebijaksanaan).
Dalil Al-Quran: QS. Al-Baqarah [2]: 269 menyebutkan bahwa Allah memberikan hikmah kepada siapa yang dikehendaki-Nya, dan barang siapa yang memperoleh hikmah, ia memperoleh kebaikan yang sangat banyak.
Turunan Hikmah: Hikmah mencakup empat aspek:
Husnu at-Tadbir: Pemikiran yang cerdas dan lurus dalam pengambilan keputusan.
Jaudat adz-Dzihn: Kejernihan berpikir dalam memahami dan menemukan solusi yang bermanfaat.
Tsiqabah ar-Ra’yi: Kemampuan menghubungkan data atau informasi yang dimiliki sehingga menghasilkan kesimpulan yang maslahat.
Shawab azh-Zhann: Kemampuan mengambil keputusan yang tepat sesuai dengan dugaan yang benar.
Hikmah: Quwwah al-Ilmi sangat penting dalam membentuk konsep diri dan pola pikir seseorang. Ketika seseorang memiliki pemahaman yang baik tentang hal-hal yang baik, ia akan cenderung berbuat baik pula.
3. Quwwah al-Ghadhab (Potensi Marah)
Pengertian: Quwwah al-Ghadhab adalah kekuatan emosi dalam diri manusia untuk menolak sesuatu yang tidak disenangi dan mempertahankan diri. Kekuatan ini menghasilkan keberanian (syaja’ah) yang membantu seseorang bertindak demi kemuliaan dan kebahagiaan batin.
Dalil: Dalam QS. Ali Imran [3]: 139 disebutkan bahwa umat Islam tidak boleh merasa lemah dan harus memiliki kepercayaan diri yang tinggi.
Turunan Syaja’ah: Sifat keberanian (syaja’ah) mencakup beberapa sikap penting:
Al-Karam: Kebaikan budi, yang mendorong seseorang mengambil keputusan yang tepat dalam urusan besar.
An-Najdah: Kemauan untuk menolong yang benar, tanpa takut mempertaruhkan diri.
Kibr an-Nafs: Sikap percaya diri tanpa kesombongan.
Al-Ihtimal: Ketahanan dan tanggung jawab dalam menjalankan tugas.
Al-Hilm: Kemampuan menahan emosi dan marah, serta bersikap santun.
Al-Wiqar: Ketenangan, menghindari sikap berlebihan dan menjaga diri dari perbuatan sia-sia.
Hikmah: Quwwah al-Ghadhab mengajarkan pentingnya memiliki keberanian yang terarah pada kebaikan, menolak kekerasan, dan menghadapi kehidupan dengan tenang dan penuh tanggung jawab.
4. Iman sebagai Pondasi Amal Saleh
Pengertian: Amal saleh berarti segala perbuatan baik yang dilakukan dengan niat untuk memperoleh ridha Allah dan sesuai dengan ajaran Islam. Amal saleh harus didasarkan pada iman, direncanakan dengan matang, dan dikerjakan dengan penuh keikhlasan, kesabaran, dan rasa syukur.
Sabar dalam Amal Saleh: Sabar adalah ketahanan diri dalam menjalankan perintah Allah dan menghadapi ujian. Sabar memiliki makna yang luas, termasuk kemampuan menahan diri dari amarah dan hasrat, menghadapi cobaan, serta menunaikan ibadah tanpa melanggar aturan.
Syukur atas Nikmat Allah: Syukur adalah rasa terima kasih yang diungkapkan dengan hati, lisan, dan perbuatan. Syukur dalam amal saleh berarti menerima karunia Allah dan menggunakan nikmat tersebut sesuai kehendak-Nya.
Rida atas Ketetapan Allah: Rida berarti menerima ketetapan Allah dengan lapang dada. Orang yang rida merasa senang dalam segala situasi karena meyakini bahwa apapun yang terjadi adalah bagian dari takdir Allah.
Hikmah: Memahami iman sebagai dasar amal saleh membuat seseorang berupaya menjadi hamba yang baik, yang selalu bersabar dan bersyukur. Kesulitan dan kebahagiaan adalah ujian untuk meningkatkan amal saleh dan ketakwaan kepada Allah.
5. Tawakkal (Berserah Diri)
Pengertian: Tawakkal adalah menyerahkan segala urusan kepada Allah setelah berikhtiar semaksimal mungkin. Tawakkal adalah bentuk penghambaan hati yang bersandar sepenuhnya kepada Allah dengan keyakinan bahwa Allah akan menentukan yang terbaik.
Dalil dan Contoh: QS. Ali Imran [3]: 159 menjelaskan bahwa setelah berikhtiar dan bertekad, seseorang harus bertawakkal kepada Allah, karena Allah mencintai orang yang berserah diri.
Ciri-ciri Tawakkal: Tawakkal tidak berarti berdiam diri tanpa usaha, tetapi tetap berusaha secara maksimal dengan kesadaran bahwa hasilnya adalah kehendak Allah. Tawakkal mengajarkan seseorang untuk menyusun rencana yang baik dan melakukan yang terbaik, lalu menyerahkan hasil akhirnya kepada Allah.
Contoh dalam Kehidupan: Dalam konteks guru, tawakkal dapat terlihat saat seorang guru telah mengikuti program pelatihan, mempelajari materi dengan baik, dan mengerjakan tes dengan jujur. Setelah segala usaha dilakukan, hasilnya kemudian diserahkan kepada Allah, apakah lulus atau tidak, dan menerima hasil tersebut dengan lapang dada.
Hikmah: Tawakkal membuat seseorang tidak terlalu terbebani oleh hasil usaha, karena ia percaya Allah akan memberikan yang terbaik. Tawakkal membawa kedamaian batin karena seseorang yakin bahwa setiap hasil adalah bagian dari takdir yang direncanakan Allah.
Refleksi
Setelah mempelajari sumber akhlak dan implementasinya, dapat disimpulkan bahwa nilai-nilai moderasi beragama tercermin dalam materi ini. Akhlak al-karimah menuntun seseorang untuk menjadi teladan, quwwah al-ilmi membentuk kecerdasan dan kebijaksanaan, quwwah al-ghadhab mengarahkan pada pengendalian emosi dan penolakan kekerasan, dan tawakkal mengajarkan keseimbangan antara usaha dan kepercayaan kepada Allah. Implementasi
Diskusi