Contoh Studi Kasus PPG Guru PJOK: Pemanfaatan Media Video dan Alat Modifikasi

 

1. Masalah yang Dihadapi

Dalam pembelajaran PJOK, khususnya pada materi teknik dasar Bulutangkis (Badminton) di kelas X, ditemukan bahwa media pembelajaran yang digunakan sangat minim dan tidak memadai. Guru masih mengandalkan demonstrasi fisik langsung di lapangan dan penjelasan lisan, yang terbukti tidak efektif karena: (1) Siswa yang duduk jauh dari guru tidak dapat mengamati detail gerakan yang halus (seperti grip raket atau perkenaan kok). (2) Keterbatasan jumlah raket dan kok yang tersedia menghambat latihan individual yang intensif. (3) Minat belajar siswa, terutama generasi Z yang akrab dengan visual dan teknologi, menjadi rendah karena metode pengajaran terasa monoton dan tidak menarik. Akibatnya, banyak siswa mengalami kesulitan dalam menguasai teknik dasar Bulutangkis, yang ditunjukkan oleh kesalahan mendasar dalam memegang raket dan hasil tes praktik yang tidak mencapai Kriteria Ketuntasan Tujuan Pembelajaran (KKTP).


2. Solusi dari Permasalahan

Solusi yang ditempuh adalah mengintegrasikan media berbasis teknologi (Video Tutorial) dan memanfaatkan alat peraga yang dimodifikasi. Guru mengembangkan media pembelajaran digital berupa video tutorial pendek yang menampilkan analisis gerakan lambat (slow motion) untuk setiap teknik dasar (servis pendek, forehand, backhand). Video ini disajikan di awal kelas menggunakan proyektor atau dibagikan melalui grup kelas agar siswa dapat mengulanginya di rumah. Selain itu, untuk mengatasi kekurangan sarana prasarana, guru membuat alat peraga modifikasi dari bahan bekas (misalnya, raket modifikasi dari kardus atau kok yang diikat pada tali untuk latihan smash tanpa bola). Media ini memungkinkan siswa untuk fokus melatih bentuk gerak (form) yang benar sesuai yang dicontohkan di video, tanpa harus berebut alat atau khawatir kehilangan kok, sehingga waktu praktik menjadi lebih efisien.


3. Dampak yang Dirasakan

Implementasi media inovatif ini memberikan dampak yang transformatif terhadap pemahaman dan keterampilan siswa. Secara kualitatif, antusiasme dan partisipasi siswa meningkat drastis. Siswa yang awalnya pasif menjadi lebih berani mencoba karena mereka bisa melihat model gerakan yang benar berulang kali. Guru dapat memberikan umpan balik yang lebih akurat dengan merujuk pada adegan spesifik dalam video. Secara kuantitatif, persentase ketuntasan siswa dalam tes praktik Bulutangkis meningkat dari 45% menjadi 88%. Peningkatan paling signifikan terlihat pada penguasaan teknik grip raket dan koordinasi gerak, yang merupakan fokus utama dari video slow motion. Dampak jangka panjangnya adalah pembelajaran menjadi lebih inklusif, karena siswa yang memiliki gaya belajar visual dapat terbantu dengan video, sementara siswa yang kinestetik dapat terbantu dengan alat modifikasi.


4. Hal Bermakna

Hal bermakna yang diperoleh dari studi kasus ini adalah bahwa kreativitas dalam pengembangan dan pemanfaatan media pembelajaran merupakan kunci untuk mengatasi keterbatasan sarana prasarana dan meningkatkan kualitas pembelajaran PJOK. Studi kasus ini membuktikan bahwa guru PJOK harus mampu menjadi produser konten dan inovator alat untuk menjembatani kesenjangan antara teori dan praktik. Dengan mengintegrasikan teknologi dan modifikasi alat yang murah meriah, pembelajaran menjadi lebih relevan, menarik, dan sesuai dengan kebutuhan zaman, sekaligus memastikan bahwa setiap siswa mendapatkan kesempatan yang adil untuk mengamati, memahami, dan mempraktikkan keterampilan motorik secara mandiri dan efektif. Pengalaman ini menunjukkan bahwa inovasi media dapat secara langsung meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa.