Contoh Studi Kasus Pada Permasalahan Penilaian / Asesmen
Tuliskan pengalaman riil (nyata) Anda pada Asesmen/Penilaian maksimal 500 kata, terkait:
1. Permasalahan apa yang pernah Anda hadapi?
2. Bagaimana upaya Anda untuk menyelesaikannya?
3. Apa hasil dari upaya Anda tersebut?
4. Pengalaman berharga apa yang bisa Anda petik ketika menyelesaikan permasalahan tersebut?
Pengalaman Riil Terkait Asesmen/Penilaian PAI
1. Permasalahan apa yang pernah Anda hadapi?
Dalam pelaksanaan asesmen mata pelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI), saya pernah menghadapi permasalahan ketika penilaian yang dilakukan terlalu berfokus pada aspek kognitif. Siswa hanya diuji melalui soal tertulis sehingga hasilnya tidak sepenuhnya mencerminkan pemahaman dan keterampilan mereka dalam melaksanakan ibadah maupun penerapan akhlak sehari-hari. Akibatnya, ada siswa yang nilainya tinggi secara tertulis tetapi kurang mampu mempraktikkan wudhu atau salat dengan benar. Sebaliknya, ada siswa yang rajin beribadah dan berakhlak baik, tetapi kesulitan ketika mengerjakan soal tertulis.
2. Bagaimana upaya Anda untuk menyelesaikannya?
Untuk menyelesaikan masalah tersebut, saya mencoba melakukan perbaikan dengan memperluas bentuk asesmen yang digunakan. Pertama, saya menambahkan asesmen praktik untuk materi ibadah, seperti wudhu, salat, dan membaca doa sehari-hari. Kedua, saya melakukan observasi sikap dan perilaku siswa, baik di dalam kelas maupun di luar kelas, untuk menilai aspek afektif seperti kejujuran, kedisiplinan, dan rasa tanggung jawab. Ketiga, saya mengembangkan portofolio sederhana, misalnya catatan doa yang sudah dihafal atau karya siswa berupa poster akhlak mulia. Dengan demikian, penilaian tidak hanya melihat hasil akhir, tetapi juga proses belajar siswa secara menyeluruh.
3. Apa hasil dari upaya Anda tersebut?
Setelah asesmen diperbaiki, hasilnya sangat positif. Siswa lebih termotivasi untuk tidak hanya belajar teori, tetapi juga mempraktikkan nilai-nilai agama dalam kehidupan sehari-hari. Mereka menjadi lebih serius saat latihan wudhu dan salat, karena tahu keterampilan itu juga dinilai. Observasi sikap membantu saya mengetahui karakter siswa dengan lebih baik, sehingga bisa memberikan bimbingan sesuai kebutuhan masing-masing. Portofolio siswa juga menunjukkan perkembangan yang lebih jelas, baik dalam hafalan doa maupun kreativitas mereka. Hasil asesmen pun lebih adil dan objektif karena mencerminkan kemampuan siswa secara menyeluruh, bukan hanya kemampuan mengerjakan soal tertulis.
4. Pengalaman berharga apa yang bisa Anda petik ketika menyelesaikan permasalahan tersebut?
Dari pengalaman ini saya belajar bahwa asesmen dalam pembelajaran PAI harus dilakukan secara komprehensif, meliputi aspek pengetahuan, keterampilan, dan sikap. Penilaian tertulis saja tidak cukup untuk menggambarkan kemampuan siswa dalam beragama. Saya juga menyadari pentingnya asesmen sebagai sarana untuk memberikan umpan balik, bukan sekadar angka nilai. Dengan asesmen yang tepat, guru bisa mengetahui kelemahan dan kelebihan siswa, serta membantu mereka berkembang sesuai potensi masing-masing. Pengalaman ini membuat saya semakin berkomitmen untuk menggunakan penilaian yang variatif, autentik, dan berorientasi pada pembentukan akhlak serta keterampilan beribadah siswa.
terimakasih
BalasHapusSama-sama, Semoga bermanfaat
Hapus