(5.1) Struktur Keilmuan PAI : Ilmu Dalam Islam




Pendahuluan: Konsep Ilmu dalam Perspektif Islam

Memberikan pemahaman mendalam kepada mahasiswa mengenai konsep ilmu dalam Islam. Di dalamnya, dibahas dasar-dasar pengetahuan, sumber ilmu, dan bagaimana ilmu diklasifikasikan dalam tradisi intelektual Islam. Modul ini penting karena Islam menempatkan ilmu sebagai fondasi kehidupan, di mana pencarian ilmu dianggap sebagai ibadah yang bernilai spiritual tinggi. Allah SWT dalam Al-Qur'an sering menyebutkan pentingnya ilmu, bahkan menempatkan kaum berilmu pada posisi yang tinggi.

A. Capaian Pembelajaran Modul

Setelah mempelajari modul ini, mahasiswa diharapkan memiliki kemampuan analitis terhadap berbagai aspek ilmu dalam Islam. Capaian utama dari modul ini meliputi:


Menganalisis Hakikat Ilmu dalam Islam: Mahasiswa akan memahami bagaimana Islam memandang ilmu sebagai jalan menuju kebenaran dan mendekatkan diri pada Allah.

Menganalisis Sumber Ilmu dalam Islam: Mahasiswa akan memahami sumber-sumber ilmu yang diakui dalam Islam, yaitu wahyu, akal, intuisi, dan indera.

Mengklasifikasikan Ilmu dalam Tradisi Islam: Mahasiswa akan mampu melihat bagaimana para ilmuwan Muslim membagi dan mengorganisasikan ilmu, serta memahaminya dalam konteks keislaman.

B. Sub Capaian Pembelajaran

Pada sub capaian, mahasiswa diharapkan untuk lebih mendalam menguasai aspek-aspek berikut:


Hakikat dan Esensi Ilmu dalam Islam: Termasuk bagaimana ilmu dipandang sebagai kebenaran dan keindahan yang berasal dari Allah.

Perbedaan Antara Ilmu dan Pengetahuan: Ilmu adalah pengetahuan yang telah dibuktikan kebenarannya, sementara pengetahuan lebih umum dan belum tentu teruji.

Sumber Ilmu dalam Islam: Wahyu, akal, dan intuisi diakui sebagai sumber penting untuk memperoleh ilmu.

Klasifikasi Ilmu: Mahasiswa akan belajar bagaimana ilmu diklasifikasikan dalam berbagai perspektif oleh para pemikir Muslim klasik hingga kontemporer.

C. Pokok-Pokok Materi

Modul ini dibagi menjadi tiga bagian utama yang mencakup hakikat ilmu, sumber ilmu, dan klasifikasi ilmu dalam Islam. Masing-masing bagian menjelaskan elemen-elemen penting dari ilmu menurut perspektif Islam.

1. Hakikat Ilmu dalam Islam

Pada bagian ini, modul membahas definisi ilmu dalam Islam. Ilmu berasal dari kata Arab ‘alima, ya’lamu, ‘ilman yang berarti "memahami atau mengetahui dengan benar." Dalam terminologi Islam, ilmu adalah pengetahuan yang teruji dan benar, membawa seseorang lebih dekat kepada Allah, dan mencakup ranah duniawi dan ukhrawi.


Perbedaan Ilmu dan Pengetahuan: Ilmu memiliki kebenaran yang dapat dipertanggungjawabkan, sementara pengetahuan mencakup pemahaman yang mungkin belum diuji. Dalam Islam, ilmu mengarah pada pemahaman yang luas tentang alam semesta, manusia, dan Allah. Pengetahuan sifatnya lebih umum dan terbatas pada pengalaman yang bersifat empiris.

Hakikat Ilmu Pengetahuan dalam Islam: Ilmu dalam Islam bukan hanya sekadar akumulasi informasi, tetapi juga pemahaman tentang keesaan Allah melalui observasi dan refleksi terhadap ciptaan-Nya. Al-Ghazali mendefinisikan ilmu sebagai pengetahuan yang diperoleh dari akal (logika) yang bebas dari unsur aksiden. Ilmu juga dipandang sebagai pengetahuan mendalam yang tidak hanya berkaitan dengan dunia fisik tetapi juga dengan dimensi spiritual.

2. Sumber Ilmu dalam Islam

Islam mengakui beberapa sumber utama ilmu yang dianggap sahih, yakni:


Wahyu: Sumber tertinggi dalam Islam adalah wahyu yang diberikan kepada para nabi, khususnya Al-Qur’an dan Hadis. Wahyu adalah pedoman kebenaran yang mutlak dan tidak dapat disangkal.

Akal (Rasionalitas): Islam menghargai kemampuan manusia untuk berpikir dan menggunakan akal. Melalui akal, manusia dapat memahami fenomena alam dan menciptakan ilmu pengetahuan yang terstruktur.

Pengalaman Empiris: Pengalaman indrawi, atau empiris, juga diakui sebagai sumber ilmu. Melalui pengamatan terhadap alam, manusia dapat mengembangkan ilmu-ilmu alam.

Intuisi (Ilmu Ladunni): Islam mengenal ilmu ladunni, atau pengetahuan intuitif, yang diperoleh tanpa proses belajar konvensional, melainkan dari ilham atau ilham yang berasal dari Allah.


Al-Ghazali mengklasifikasikan sumber ilmu ini dengan menyatakan bahwa wahyu memberikan pengetahuan transendental, sementara akal dan pengalaman memberikan pengetahuan yang dapat dirasionalisasi dan diuji secara empiris. Islam tidak menolak ilmu-ilmu duniawi, tetapi mengarahkan agar ilmu tersebut digunakan untuk kemaslahatan.

3. Klasifikasi Ilmu dalam Khazanah Intelektual Islam

Modul ini memaparkan klasifikasi ilmu menurut beberapa ilmuwan dan filosof Muslim klasik yang berperan penting dalam membangun khazanah keilmuan Islam:


Klasifikasi oleh Al-Farabi: Al-Farabi membagi ilmu ke dalam ilmu agama (seperti kalam dan fiqh) dan ilmu filsafat. Filsafat ini terdiri atas metafisika, matematika, dan ilmu alam, serta ilmu alat seperti logika yang membantu memahami kebenaran secara logis.

Klasifikasi oleh Ikhwan Al-Shafa: Mereka membagi ilmu menjadi beberapa cabang besar, yaitu syariat, filsafat, dan ilmu yang diperoleh melalui pengamatan, yang mencakup matematika, logika, fisika, dan metafisika.

Klasifikasi oleh Ibnu Sina: Ibnu Sina membagi ilmu menjadi teori dan praktis. Teori terdiri atas ilmu-ilmu murni seperti fisika, matematika, dan metafisika, sementara ilmu praktis mencakup akhlak, manajemen rumah tangga, dan politik.

Klasifikasi oleh Ibnu Khaldun: Ibnu Khaldun membagi ilmu menjadi naqliyah (berdasarkan otoritas agama) dan aqliyah (rasional atau empiris) yang meliputi logika, ilmu alam, dan matematika.

Klasifikasi oleh Al-Ghazali: Al-Ghazali membagi ilmu ke dalam ilmu-ilmu fardu ‘ain, yang berkaitan dengan aqidah dan ibadah, dan ilmu fardu kifayah, yang mencakup ilmu-ilmu seperti kedokteran, matematika, dan ilmu lainnya.

Konferensi Internasional Islamabad: Mengusulkan klasifikasi ilmu dalam konteks modern, yang mencakup ilmu kekal (ilmu tentang Allah dan keesaan-Nya), ilmu sosial, fisika teoritis, dan ilmu terapan.


Setiap pemikir memiliki pandangan yang berbeda tentang klasifikasi ilmu, namun semua sepakat bahwa ilmu agama dan ilmu dunia harus digunakan bersama untuk mencapai kesempurnaan hidup.

D. Komponen Tambahan dalam Modul

Untuk memperdalam pemahaman mahasiswa, modul ini juga mencakup berbagai komponen pembelajaran tambahan:


Contoh Soal HOTS (High Order Thinking Skills): Modul ini menyediakan latihan soal berbentuk pilihan ganda yang dirancang untuk mengasah kemampuan berpikir tingkat tinggi. Soal-soal ini menuntut mahasiswa untuk menganalisis dan mengevaluasi materi secara kritis.

Refleksi: Mahasiswa diajak untuk merenungkan pentingnya ilmu dalam kehidupan dan bagaimana pengetahuan tersebut dapat diaplikasikan dalam konteks sosial dan spiritual.

Tindak Lanjut Belajar: Modul ini mengarahkan mahasiswa untuk mengakses sumber belajar tambahan, seperti video dan artikel terkait. Mereka juga diminta untuk mengaitkan isi materi dengan nilai-nilai moderasi dalam pembelajaran di sekolah atau madrasah.

Tes Awal, Tes Formatif, dan Tes Akhir: Disediakan untuk mengukur tingkat pemahaman mahasiswa sebelum, selama, dan setelah mempelajari modul ini. Tes ini bertujuan untuk mengevaluasi sejauh mana capaian pembelajaran yang telah tercapai.

E. Glosarium

Modul ini menyertakan glosarium untuk membantu mahasiswa memahami istilah-istilah penting yang ada di dalamnya, seperti:


Pengetahuan: Pemahaman yang diperoleh melalui pengalaman dan belum tentu teruji kebenarannya secara ilmiah.

Ilmu Pengetahuan: Rangkaian pemahaman yang teruji dan bebas dari unsur subyektif.

Pengetahuan Rasional: Pengetahuan yang diperoleh melalui proses pemikiran logis.

Pengetahuan Empiris: Pengetahuan yang diperoleh melalui pengamatan indrawi.

Pengetahuan Intuitif: Pengetahuan yang diperoleh melalui ilham atau inspirasi dari Allah.

Pengetahuan Otoritatif: Pengetahuan yang diperoleh melalui wahyu atau sumber-sumber keagamaan yang sahih.



 

ORDER VIA CHAT

Produk : (5.1) Struktur Keilmuan PAI : Ilmu Dalam Islam

Harga :

https://www.abufariz.com/2024/11/51-struktur-keilmuan-pai-ilmu-dalam.html

ORDER VIA MARKETPLACE

Diskusi